Sabtu, 03 Maret 2012

PELIS -,-

Setiap sekolah pasti mempunyai drama percintaanya sendiri. Tak terkecuali sekolahku. But, wait! aku gak bakal ngomongin mereka. Aku dan cintya beberapa hari ini sedang membicarakan pasangan yang sangat sangat sangat mendramatisir. Well, mereka sudah lama. Tapi satu hal tentang mereka yang sangat-sangat-sangat menggangu kehidupan. Twitter.

Setiap kali aku membuka TL,ang betina selalu nonggol. Entah dengan tweetnya yg sangat jatuh cinta hingga tweetnya yang sangat creepy karena ditinggal kabur cowoknya atau karena mereka lagi berantem. Pernah nonton cinta fitri? Nah disinetron itu konfliknya ada aja kan, malah kadang gak masuk akal. Yah,seperti itulah kehidupan kedua sejoli favoritku dan cintya itu

Kita masih SMA bukan? Aku merasa bahwa kayaknya aku berada dalam dunia yang salah. SMA dalam bayanganku adalah have fun,gak serius ngejalanin hidup,jatuh cinta sesering mungkin, dan jatuh sesering mungkin. Aku kadang heran knapa ada anak SMA yang berfikir bahwa orang yg sekarang bikin dia bahagia adalah masa depannya. Kenapa bisa ada pikiran seperti itu? mungkin emang pasangan itu merasa sudah klop satu sama lain. Boleh sih pacaran dengan prinsip gak main-main,serius. Tapi bisa kan gak mikir yg terlalu jauh? Hal seperti itu 10 tahun lagi buat dipikirin. Masih ada masa depan yang mungkin belom jelas juntrungannya.

Dan kalau memang sudah mantab,bisakan kehidupan pribadi tidak usah diumbar ditwitter. TL bukan konsumsi pribadi.

Yoshan

Oke, sebenernya aku gak tau gimana nulis namanya. Tapi menurut suara yang aku dengar, namanya adalah Yoshan. Aku mengenalnya saat pertama kali berkujung ke dokter gigiku. Saat itu dia sedang berlari kesana-kemari. Kesan pertama tentu saja menyenangkan, seorang anak kecil lucu dan ganteng. Saat ayahnya sedang mencetak gigiku, dia duduk dimeja kerja ayahnya dan memukul meja dengan penggaris.
Ayahnya bertanya " Asan lagi buat apa,nak?" dengan ceggirannya dia menjawab "Rumah,Pa!"
Dan setelah itu, saat aku mendengarkan ayahnya berbicara tentang behel, yoshan bermain dibawah kursi praktek doker gigi itu.
"Asan, jangan panggil ayah ya nanti kalo kepalanya kena lantai" dan dengan siagap Yoshan berhenti dan memeluk pinggang ayahnya.
Tapi kesan keunyuannya berubah ketika aku akan pulang dan dia menggetok tangganku dengan penggaris. Intinya hari itu aku dan momster dianiaya oleh anak kecil -.-

*******

3 minggu kemudian adalah jadwal kontrolku. Bersama momster aku menunggu dikursi panjang dengan Yoshan yang telah menyapa kami dengan "sebentar ya,papa lagi ada pasien". Yoshan berlari kesana-kemari. Dia mencoba semua permainan yang dibawakan oleh pembantunya. Berulangkali tangan momster dipukul Yoshan. Saat Yoshan tertidur dipangkuan pembantunya, momster bertanya
"mbak, Yoshan kalo tidur sama siapa?"
"sama ayahnya,Bu. Ibunya lagi pulang ke Jambi."
"loh kalo pulang gitu sering kangen gak Yoshan? Telponan terus tiap hari?"
"enggak bu, Yoshan malah gak mau ngomong sama ibunya. Kalo ngomong triak-triak"
Tepat saat rasa simpati itu mucul pada Yoshan, saat itulah juga namaku dipanggil untuk masuk keruangan.

*******

3 hari kemudian, jadwal cabut gigi. Kelabu.
Saat memasuki tempat praktek sang dokter,kulihat Yoshan lagi-lagi sedang bermain kursi kesana-kemari. Suster dan ayah Yoshan menyambut dengan senyum mereka. Saat suster menyiapkan peralatan, Yoshan bertriak "hahahaha dicabut nanti jadi ompong" dan kami tertawa. Rupannya Yoshan mulai akrab denganku.
Dia terus berada disampingku saat aku menghadapi suntikan dan obeng gigi. Setelah slesai, Yoshan merenggek kepada ayahnya untuk membeli mainan dan jajan di Indomaret (lagi) dan ayahnya menolak. Dia ngambek. Namun dengan penuh kasih sayang, Ayahnya berkata "yuk jalan-jalan kedepan." "naik mobil pah!" "loh kan cuma depan, tu ke situ aja. Keparkiran mobil." dan mereka pun keluar.

10 menit kemudian mereka masuk kembali. Dengan bahagia Yoshan berkata "waaa kujanan" dan ayahnya tertawa penuh kasih sayang padanya. "Nanti kita cuma dirumah berdua loh,nak. Sana kamu main dulu dirumah kakaknya."


Ah, aku memang baru bertemu Yoshan 4kali dan baru tadi dia tersemnyum ramah padaku. Aku cubitin lengan dan pipinya dia hanya tertawa. Aku tau, Yoshan kangen mamanya. Tapi aku yakin dia pasti tau, dia mempunyai ayah yang tiada bandingannya.

Jumat, 02 Maret 2012

Transmigrasi

"Diw,kamu pernah nge-PHP orang gak?"

Itulah sepotong chat kepada Adi Rayhan yang saat itu sedang memasang PM "Alone". Malam itu semua seperti kembali, dan semuanya tercurah kepada Adiw. Semuanya kuceritakan. Dari awal hingga akhir. Dan obrolan itu menamparku berkali-kali. Bukannya mau terjebak lebih lama ke dalam suatu kotak, tapi terkadang kembali membuka sebuah kotak adalah salah satu cara untuk mengeluarkan isinya. Semuanya berpindah. Kita harus mengalah pada sesuatu yang tidak bisa kita paksakan. Analoginya seperti naksir sepatu lucu tapi gak ada ukuran yang pas. Kalo kegedean nanti lepas dan terlihat aneh dan kalo kekecilan nanti lecet. Nyiksa diri sendiri. Terkadang,kita memang menjadi egois. Memaksakan apa yang sehausnya kita lepaskan. Tapi sekarang, aku gak mau jadi egois lagi. Makasih ya,Diw udah balikin pusat kesadaranku. Dan makasih ya,kak untuk mengajarkan bahwa ada hal yang tidak akan pernah bisa dipaksakan. Selamat berpindah !

"yang sudah berakhir dan terasa tidak bisa diperjuangkan, ya sudah tidak usah dilanjutkan"

"Jangan mengharap kembali ya, Rin, he's different. Gak bagus buat kamu. Kalau dilanjutin,mau dibawa gak cetho kayak yang udah pernah dilakuin?"

"Dia ngajarin kamu gak dipaksain kan? Kalau gitu,jangan paksakan hatimu juga untuk mendapatkan yg kamu cinta"